Minggu, 29 Mei 2011

Manusia dan Penderitaan

Penderitaan berasal dari kata derita, derita berasal dari bahasa sansekerta, dhra yang berarti menahan atau menanggung. Sedangkan menurut kamus besar Bahasa indonesia derita artinya menanggung (merasakan) sesuatu yang tidak menyenangkan. Dengan demikian merupakan lawan kata dari kesenangan ataupun kegembiraan.
Siksaan dapat diartikan siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan rohani atau jiwa. Akibat siksaan yang dialami oleh seseorang timbullah penderitaan. Siksaan merupakan suatu penderitaan yang diterima oleh seseorang. Penderitaan itu sendiri berbentuk penganiayaan. Seseorang mengalami penganiyaan yang membuatnya mendapat siksaan dan merasa tersiksa. Kenyamanan tentu saja tidak dapat oleh seseorang yang mengalami siksaan tersebut.
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang hams diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.
Gejala-gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
a. nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
b. nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
Tahap-taham gangguan kejiwaan adalah
a. gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rokhaninya
b. usaha mempertahankan diri dengan cam negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara benahan dirinya salah; pada orang yang tidak menderita gantran kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dan persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
c. kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental, dapat banyak disebutkan antara lain sebagai berikut :
a. kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempuma; hal-hal tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri yang secara berangsur-angsur akan menyudutkan kaedudukannya dan menghancurkan mentalnya.
b. terjadinya konflik sosial budaya akibat norma berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat, sehingga is tidak dapat menyesuaikan diri lagi; misalnya orang pedesaan yang berat menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, orang tea yang telah mapan sulit menerima keadaan baru yang jauh berbeda dan masa jayanya dulu.
c. cara pematangan batin yang salah dengan memberikan realcsi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial; over acting sebagai overcompensatie.
Proses-proses kekalutan mental yang dialami oleh seseorang mendorongnya ke arah
a. Positif : trauma (luka jiwa) yang dialami dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut waktu malam hari untuk memperoleh ketenangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya, ataupun melakukan kegitan yang positif setelah kejatuhan dalam kehidupan.
b. Negatif : trauma yang dialami diperlannkan atau diperturutkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi,yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk frustasi antara lain :

1) agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tidak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadinya hypertensi (tekanan darah tinggi) atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitamya.
2) regresi adalah kembali pada pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanankan (infantil), misalnya dengan menjerit-jerit,menangis sampai meraung-raunganemecah barang-barang.
3) fiksasi adalah peletakan atau pembatasan pada satu pola yang sama (tetap), misalnya dengan membisu, memukul-mukul dada sendiri, membentur-benturkan kepala pada benda keras.
4) proyeksi merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain, kata pepatah: awak yang tidak pandai menari, dikatakan lantai yang terjungkit.
5) identifikasi adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya, misalnya dalam kecantikan yang bersangkutan menyamakan diri dengan bintang film, dalam soal harta kekayaan dengan pengusaha kaya yang sukses.
6) narsisme adalah self love yang berlebihan, sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior daripada orang lain.
7) autisme adalah gejala menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, is puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang sinting.
Penderita kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
1) kota-kota besar yang banyak memberi tantangan-tantangan hidup yang berat, sehingga orang merasa dikejar-kejar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara itu sebagian orang tidak mau tahu keperluan hidupnya, sebagian orang tidak mau tahu terhadap penderitaan orang lain akibat egoisme sebagai ciri masyarakat kota.
2) anak-anak muda usia yang tidak berhasil dalam mencapai apa yang dikehendaki atau diidam-idamkan, karena tidak berimbangnya kemampuan dengan tujuannya, sehingga pada orang-orang usia tuapun sering mengalami penderitaan dalam kenyataan hidupnya akibat norma lama yang dipegang teguh sudah tidak sesuai dengan norma baru yang tengah berlaku.
3) wanitapada umumnya lebih mudah merasakan suatu masalah yang dibawanya kedalam hati atau perasaannya, tetapi sulit mengeluarkan perasaannya tersebut, sementara itu mereka memiliki kondisi tubuh yang lebih lemah, sehingga kaum wanitalah yang banyak menjadi penderita psikosomatisme (penyakit akibat gangguan kejiwaan) daripada kaum pria
4) orang yang tidak beragama tidak memiliki keyakinan, bahwa diatas dirinya ada kekuasaan yang lebih tinggi, sehingga sifat pasrah umumnya tidak dikenalnya, dalam keadaan yang sulit orang yang demikian ini mudah sekali mengalami penderitaan.
5) orang yang terlalu mengejar materi seperti pedagang dan pengusaha memiliki sifat ngoyo dalam memperoleh tujuan kegiatannya, yaitu mencari untung sebanyak.

Sumber : http://gerryghost.wordpress.com/2011/03/08/manusia-dan-penderitaan/

Manusia dan Keindahan

Dalam filsafat Estetika Plato, ditegaskan bahwa, manusia dan keindahan adalah dua sisi yang tak terpisahkan. Pendapat ini seolah menyadarkan kita bahwa, sebringas apapun manusia, sisi keindahan akan tetap ada disedut-sudut hakekat kemanusiaannya. Dan keindahan itu akan selalu tersimpan di setiap potensi yang ada dalam diri manusia.
Alam mengajarkan kita tentang beragam makna yang terkandung di dalamnya. Tidak hanya itu, keindahana alam juga menyuguhkan makna yang jika diungkapkan mengandung banyak hikmah dan nilai. Nilai-nilai kehidupan yang men-tarbiyahkan kita, bila menyadarinya. Siapa yang mengira, jika tebing-tebing nanterjal memiliki dimensi keindahan yang enigmatik? Siapa pula yang mengira, bila rimba hutan belantara bisa menyuguhkan keteduhan dan kenyamanan bagi manusia dan makhluk di sekitarnya? Semuanya itu tak-kan terungkap, bila kita melihatnya dengan cara pandang tentang kehidupan yang sempit. Sebab Tuhan tidak pernah menciptakan segala isi alam ini untuk kesia-siaan.
Contoh keindahan alam yang kita miliki :
BUNAKEN
Taman Nasional Bunaken adalah taman laut yang terletak di Sulawesi Utara, Indonesia. Taman ini terletak di Segitiga Terumbu Karang, menjadi habitat bagi 390 spesies terumbu karang dan juga berbagai spesies ikan, moluska, reptil dan mamalia laut. Taman Nasional Bunaken merupakan perwakilan ekosistem laut Indonesia, meliputi padang rumput laut, terumbu karang dan ekosistem pantai.
Taman nasional ini didirikan pada tahun 1991 dan meliputi wilayah seluas 890.65 km². 97% dari taman nasional ini merupakan habitat laut, sementara 3% sisanya merupakan daratan, meliputi lima pulau: Bunaken, Manado Tua, Mantehage, Naen dan Siladen.


Taman Nasional Bunaken memiliki ekosistem terumbu karang yang sangat kaya. Terdapat sekitar 390 spesies terumbu karang di wilayah ini. Spesies alga yang dapat ditemui di Taman Nasional Bunaken adalah Caulerpa, Halimeda dan Padina, sementara spesies rumput laut yang banyak ditemui adalah Thalassia hemprichii, Enhallus acoroides, dan Thalassaodendron ciliatum. Taman Nasional Bunaken juga memiliki berbagai spesies ikan, mamalia laut, reptil, burung, moluska dan mangrove. Sekitar 90 spesies ikan tinggal di perairan wilayah ini.
Di daratan, pulau ini kaya akan Arecaceae, sagu, woka, silar dan kelapa. Selain itu, Taman Nasional Bunaken juga memiliki spesies hewan yang tinggal di daratan, seperti rusa dan kuskus. Hutan mangrove di taman ini menjadi habitat bagi kepiting, lobster, moluska dan burung laut.

Manusia Dan kebudayaan

Pengertian manusia:
Jika kita bicara mengenai Manusia dan kebudayaan, sebenarnya apakah pengertian manuasia itu sendiri?
Manusia disebut juga sebagai “the inventing and discovering animal” (binatang pencipta dan penemu), itu jika kita lihat dari sisi sejarah. Dimana manusia diidentifikasikan sebagai Pithecanthropus erectus (manusia kera berjalan tegak) hingga saat ini di mana manusia diidentifikasi sebagai Homo sapiens. Dan banyak pula definisi-definisi yang lainnya mengenai makna manusia, namun sesungguhnya tidak mudah untuk mendefinisikan tentang manusia.

Pembahasan mengenai perkembangan ilmu dan peradaban/kebudayaan dalam coretan ini akan dimulai dari tahap yang paling awal dari sejarah kehidupan manusia, yaitu dari masa pra-sejarah, zaman dimulainya penalaran, abad pertengahan dan zaman modern supaya diperoleh gambaran mengenai latar belakang ilmu dan peradaban / kebudayaan.
Manusia dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan fisik manusia, proses berpikir manusia juga mengalami kemajuan. Manusia mulai mengenal ilmu dan pengetahuan dan menemukan apa yang disebut peradaban. Peradaban berarti kesenian, tradisi, kebiasaan, kepercayaan, nilai, perilaku dan kebiasaan material yang menjelaskan cara hidup manusia. Peradaban dapat dipisahkan dari kebudayaan karena kerumitan sosial dan organisasi dalam tingkatan yang lebih tinggi dan karena perbedaan kegiatan ekonomi dan budayanya.
Pertumbuhan budaya manusia sangat dipengaruhi oleh banyaknya kebutuhan dan kemauan manusia yang tidak berkenaan untuk tergantung kepada alam semesta. Tinggi rendahnya kebudayaan suatu kelompok manusia tertentu (misalnya suku) atau bangsa dapat diukir dari sejauh mana kelompok atau bangsa tersebut dapat memenuhi kebutuhannya dengan pemanfaatan pemberdayaan media yang dikembangkannya. Misalnya, masyarakat pra sejarah hanya menggunakan alat bantu kayu atau batu untuk mencari nafkah maupun mempertahankan kehidupannya. Mereka belum mengenal cara bercocok tanam atau beternak untuk penyedian bahan makanan, seluruh kebutuhan mereka masih tersedia di alam sekitar. Namun setelah jumlah manusia bertambah dan alam tidak mampu lagi menyediakan kebutuhannya, maka mannusia secara lambat laun menemukan teknologi sederhana sampai teknologi modern sebagai media pemenuhan kebutuhan. Keragaman kebutuhan dan kemampuan manusia dalam memenuhi kebutuhannya merupakan perbedaan mendasar antara manusia dengan mahluk lain.
E.B Taylor, 1971 dalam bukunya; “Primitive Culture” mengemukakan bahwa “Kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat”, pendapat ini merupakan rumusan yang pertama kali diutarakan. Selanjutnya pada tahun 1952 Kroeber dan Kluckholn berhasil menginfentarisasi terhadap 150 defenisi kebudayaan yang dihasilkan oleh publikasi tentang kebudayaan selama lebih kurang tujuh puluh lima tahun.
Arus globalisasi membawa tantangan baru bagi negara-negara dunia.krtiga. Kemajuan dan harapan baru yang mencuat dari pola hubungan internasional yang menekankan kerja sama ekonomi dan perdagangan. Namun berbarengan dengan itu muncul pula keprihatinan-keprihatinan serius, terutama mengenai kerusakan lingkungan hidup dan pembengkakan populasi manusia terutama di negara-negara miskin.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang mengalami masa transisi dari negara agraris ke negara industri, timbul kekhawatiran serius akan terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya yang mengarah pada krisis identitas budaya bangsa. Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, cepat atau lambat akan melahirkan tipe masyarakat industri. Dengan perkataan lain, akan lahir suatu tipe kebudayaan baru yang disebut kebudayaan industri.
Tercapainya tahap kematangan intelektual, seorang manusia tidak cukup hanya berbekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan saja, namun perlu juga memiliki filter untuk membentengi diri dari pengaruh buruk yang timbul dari pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan.