Berbahasa Sesuai dengan Ranah Pemakaiannya
Masyarakat Indonesia patut
berbangga dikarenakan mempunyai kekayaaan budaya yang luar biasa banyak
jumlahnya. Bahasa salah satu bukti kekayaan budaya Indonesia. Bahkan hanya pada
satu propinsi sudah dapat ditemukan berbagai macam bahasa yang mencerminkan
daerah asal dari bahasa tersebut. Bagaimana dengan pendapat bahwa kebudayaan
berbahasa di Indonesia yang semakin luntur? Jika hanya dilihat dalam lingkup
suatu tempat seperti di Jakarta, memang dapat dikatakan bahwa kebudayaan
berbahasa daerah sudah mulai berkurang. Namun hal itu dikarenakan Jakarta
adalah sebuah kota yang dihuni bukan hanya dari penduduk asli Jakarta, namun
juga dihuni oleh penduduk dari luar yang mempunyai kepentingan tertentu. Beda
halnya jika berada pada sebuah kota yang mayoritas masih dihuni oleh penduduk
asli dari tempat tersebut. Bisa dipastikan bahasa daerah masih menjadi bahasa
utama di tempat tersebut.
Hal yang paling penting dalam
berbahasa adalah bagaimana menempatkan diri pada posisi , kondisi dan cara
berkomunikasi yang benar.Terlebih dengan adanya dampak globalisasi dilingkungan
sekitar. Contohnya pada dunia kerja yang
ada di kota Jakarta. Banyaknya perusahaan asing yang masuk ke Indonesia menyebabkan
cara berkomunikasi dengan lingkungan sekitar dan mitra kerja juga berbeda.
Pada dasarnya Bahasa Indonesia
merupakan adopsi dari beberapa bahasa dari luar yang dibakukan ke dalam Bahasa
Indonesia. Maka dengan berkembangnya jaman, masih ada kemungkinan bertambahnya
kosakata-kosakata baru. Walaupun tidak dianggap kedalam bahasa baku, pada
kenyataannya pada kehidupan sehari dan pergaulan sehari-hari sudah banyak
muncul kosakata baru yang dianggap sedang trend.
Salah satu faktor munculnya kosakata tersebut dikarenakan banyak fasilitas
sosial media yang ada di lingkungan dunia maya. Bahkan disuatu negara sudah
mem-baku-kan sebuah kosakata yang diambil dari sebuah nama sosial media.
Berikut kutipan dari sebuah berita online:
Kata 'Tweet' Masuk Kamus Bahasa Inggris Oxford
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Istilah tweet dan dad dancing
kini dapat anda temukan di antara 1.200 kata baru atau kata yang direvisi dalam
kamus Bahas Inggris Oxford (OED) versi terbaru.
Dalam proses pembaruan tiga bulanan yang dilakukan OED,
pihak pengelola meluaskan entri istilahnya dengan menambahkan follow (kata
kerja), follower (kata benda), dan tweet (kata kerja dan benda) sebagai istilah
bagi media sosial.
Semakin maraknya media sosial sebagai bagian gaya hidup
menjadikan ketiga istilah itu menjadi bahasa sehari-hari masyarakat enam tahun
terkahir.
Kata tweet kini memiliki dua definisi. Pertama, sebagai
sebuah tulisan di layanan media sosial Twitter. Kedua, sebagai nada melengking,
arti yang lebih tradisional.
''Apa yang dilakukan setidaknya melanggar satu aturan OED,''
kata Kepala Editor OED, John Simpson seperti dilansir Telegraph, Senin (17/6).
Simpson mengatakan setidaknya butuh waktu 10 tahun untuk
terus digunakan masyarakat sebelum sebuah kata dapat dimasukkan dalam OED.
Dad dancing, kegiatan yang hampir selalu ada dalam
pernikahan orang Inggris, didefinisikan sebagai gaya menari yang aneh, kuno,
dan tak bersemangat di tengah alunan musik pop yang biasannya dilakukan pria paruh
baya atau pria usia lanjut.
sumber :
http://www.republika.co.id/berita/humaira/sana-sini/13/06/18/mok1xe-kata-tweet-masuk-kamus-bahasa-inggris-oxford
Tidak ada komentar:
Posting Komentar